A. KONSEP DASAR MEDIS
1. Definisi
Apendisitis merupakan penyakit bedah mayor yang paling sering terjadi. Walaupun apendisitis pada terjadi pada setiap usia, namun paling sering terjadi pada remaja dan dewasa muda. Angka mortalitas penyakit ini tinggi sebelum era antibiotik.1
Apenditis adalah ujung seperti jari yang kecil pangjangnya kira-kira 10 cm (4 inci), melekat pada sekum tepat dibawah katup ileosekal. Apendiks berisi makanan dan mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena pengosongannya tidak efektif, dan lumennya kecil, apendiks cenderung menjadi tersumbat dan terutama rentan terhadap infeksi (apendisitas).2
2. Etiologi
Patogenesis utamanya di duga karena adanya obstruksi lumen, yang biasanya di sebabkan oleh fekalit (feses keras yang teritama di sebabkan oleh serat). Penyumbatan pengeluaran sekret mukus mengakibatkan terjadinya pembengkakan, infeksi, dan ulserasi. Peningkatan tekanan intraluminal dapat menyebabkan terjadinya oklusi arteria terminalis (end-artery) apendikularis. Bila keadaan ini di biarkan berlangsung terus, biasanya mengakibatkan nekrosis, gangren, dan perforasi. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa ulserasi mukosa berjumlah sekitar 60 hingga 70% kasus, lebih sering daripada sumbatan lumen. Penyebab ulserasi tidak di ketahui, walaupun sampai sekarang diperkirakan disebabkan oleh virus. Akhir-akhir ini penyebab infeksi yang paling diperkirakan adalah Yesnia enterocolitica.1
3. Patofisiologi
Apendisitis terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlibat dan tersumbat , kemungkinan oleh fekalit ( massa keras dari feses ), tumor, atau benda asing. Proses inflamasi meningkatkan tekanan interluminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam, terlokalisasi di kuadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi pus.
PATHWAY
Download DISINI
4. Manifestasi Klinis
Pada kasus apendisitis akut klasik, gejala awal adalah nyeri atau rasa tidak enak di sekitar umbilikus. Gejala ini umumnya berlangsung lebih dari 1 atau 2 hari. Dalam beberapa jam nyeri bergeser ke kuadran kanan bawah dengan disertai anoreksia, mual, dan muntah.dapat juga terjadi nyeri rekan di sekitar titik McBurney. Kemudian, dapat timbul spasme otot dan nyeri tekan lepas. Biasanya ditemukan demam ringan danleukositosis sedang. Apabila terjadi ruptur apendiks, tanda perforasi dapat berupa nyeri, nyeri tekan, dan spasme. Penyakit ini sering disertai oleh hilangya rasa nyeri secara dramatis untuk sementara.1
5. Diagnostik Test
Penegakan diagnosis apendisitis yang klasik sekalipun sangat rumit, karena banyak gangguan lain yang juga memberikan gambaran klinis abdomen akut yang harus di bedakan dari apendisitis akut. Beberapa keadaan ini adalah;
1.Gastroenteritis akut (mungkin yang tersering)
2. Limfadenitis mesenterikus pada anak
3. kehamilan ektopik terganggu
4. Mittelschmerz (nyeri akibat ruptur folikel ovarium sewaktu ovulasi)
5. Penyakit radang panggul
6. Enteritis regional
7. Peradangan divertikulum Meckel (saluran persisten pada fetus yang terbentang dari ileum ke umbilikus; keadaan ini jarang terjadi.
Kesukaran penegakan diagnosis juga timbul karena beberapa individu ( teritama bayi dan orang tua) menyimpang dari gambaran klasik. Bila diagnosis masih meragukan, maka lebih baik dilakukan pembedahan karena operasi apendisitis yang ditangguhkan dapat menyebabkan terjadinya ruptur apendiks dan peritonitis. Perawatan di rumah sakit lebih lama dan beberapa penderita dapat meninggal akibat peritonitis.1
6. Pengobatan
Setelah diagnosis apendisitis ditegakkan, maka pasien dipersiapkan untuk menjalani pembedahan, dan apendiks segera di buang setiap saat, siang maupun malam. Bila pembedahan dilakukan sebelum terjadi ruptur dan tanda peritonitis, perjalanan pascabedah umumnya tanpa di sertai penyulit. Pemberian antibiotik biasanya diindikasikan. Waktu pemulangan pasien bergantung pada seberapa dini penegakan diagnosis apendisitis, derajat inflamasi, dan penggunaan metode bedah terbuka atau laparoskopi.1
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Riwayat Keperawatan
· Aktivitas
Gejala : Malaise
· Sirkulasi
Tanda : Takikardia
· Eliminasi
Gejala : Konstipasi pada awitan awal.
Diare (kadang-kadang)
Tanda : Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tak ada bising usus.
· Makanan/Cairan
Gejala :Anoreksia, Mual/Muntah
· Nyeri/ Kenyamanan
Gejala : Nyeri abdonmen sekitar epigastrium dan umbilikus, yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik McBurney ,meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam (nyeri berhenti tiba-tiba diduga oerforasi atau infark pada apendiks).
Keluhan berbagai rasa nyeri/ gejala tak jelas ( sehubungan dengan lokasi apendiks, contoh retrosekal atau sebelah ureter).
Tanda : perilaku berhati-hati; berbaring ke samoing atau telentang dfengan lutut ditekuk; meningkatnya nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan/ posisi duduk tegak
Nyeri lepas pada sisi kiri di duga inflamasi peritoneal.
· Keamanan
Tanda : Demam (biasanya rendah)
· Pernapasan
anda : Takipnea, pernapasan dangkal.
· Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat kondisi lain yang berhubungan dengan nyeri abdomen contoh pielitisakut, batu eretra, salpingitis akut, ileitis regional.
Dapat terjadipada berbagai usia.
Pertimbangan :DRG menunjukkan rerata lama dirawat: 4,2 hari
Rencana Pemulangan : Membutuhkan bantuan sedikit dalam trasportasi, tugas pemeliharaan rumah.
2. Masalah Keperawatan
· Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan usus oleh inflamasi
· Risiko tinggi terhadap kekurangan cairan berhubungan dengan Muntah praoperasi.
· Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
3. Intervensi Keperawatan
1) Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan usus oleh inflamasi
· Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, beratnya, dan laporkan perubahan nyeri dengan tepat
R/: Berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan penyembuhan.memerlukan upaya evaluasi medik dan itervesi.
· Pertahankan istirahat dengan posisi semi-fowler.
R/: Menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi telentng
· Dorong ambulsi dini.
Rasional: Menurunkan ketidaknyamanan abdonen.
· Berikan aktifitas hiburan.
Rasional: Fokus perhatian kembali, meningkatkan relaksasi, dan dapat meningkatkan kemampuan koping.
2) Risiko tinggi terhadap kekurangan cairan berhubungan dengan Muntah praoperasi.
· Awasi TD dan nadi.
Rasional: Tanda yang membantu mengidentifikasi fluktuasi volume intravaskuler.
· Lihat membran mukosa; kaji turgor kulit dan pengisian kapiler.
Rasional: indikator keadekuatan sirkulasi perifer dan hidrasi seluler.
· Awasi masukan dan haluaran; catat warna urine/kosentrasi, berat jenis.
Rasional: Penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan berat jenis diduga dehidrasi/kebutuhan peningkatan cairan.
· Auskultasi bising usus. Catat kelancaran flatus, gerakan usus.
Rasional: indikator kembalinya peristaltik, kesiapan untuk pemasukan per oral.
· Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila pemasukan per oral dimulai, dan lanjutkan dengan diet sesuai toleransi.
Rasional: Menurunkan iritasi gaster/ muntah untuk meminimalkan kehilanga cairan.
· Berikan perawatan mulut sering dengan perhatian khusus pada perlindungan bibir.
Rasional: Dehidrasi mengakibatkan bibir dan mulut kering dan pecah-pecah.
Kolaborasi
· Bpertahankan pengisapan gaster/usus.
Rasional: selang NG biasanya dimasukkan pada praoperasi dan dipertahankan pada fase segera pasca operasi unuk dekompresi usus, meningkatkan istirahat usus, mencegah muntah.
· Berikan cairan IV dan elektrolik.
Rasional: peritonium bereaksi terhadap iritasi/infeksi dengan menghasilkan sejumlah besar cairan yang dapat menurunkan volume sirkulasi darah, mengakibatkan hipovelemia.
3) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur unvasif.
· Awasi tanda vital, Perhatikan demam, menggigil, berkeringat, perubahan mental, meningkatkan nyeri abdomen.
Rasional: Dugaan adanya infeksi/terjadinya sepsis, abses, peritonitis.
· Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka aseptik.Berikan perawatan paripurna.
Rasional: Menurunkan risiko penyebaran bakteri.
· Lihat insisi dan balutan. Catat karakteristik drainase luka/drein (bila di masukkan), adanya eritema.
Rasional : Memberikan deteksi dini terjadinya proses infeksi.
· Berikan informasi yang tepat, jujur pada pasien atau orang terdekat.
Rasional: Pengetahuan tentangkemajuan situasi memberikan dukungan emosi, membanttu menuunkan ansietas.
Kolaborasi
· Berikan antibiotik sesuai indikasi
Rasional: menurunkan jumlah organisme pada infeksi yang telah ada sebelumnya, untuk menurunkan penyebaran dan pertumbuhannya pada rongga abdomen.
· Bantu irigasi dan drainase bila diindikasikan.
Rasional: Dapat diperlukan untuk mengalirkan isi abses terlokalisir.3
DAFTAR PUSTAKA
1. Sylvia A.Price, Lorraine M.Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. EGC: Jakarta.
2. Brunnert & Suddart. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta.
3. Doenges Marlyn E, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler . 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC: Jakarta.

Tags:
Asuhan Keperawatan
Leave a comment