A.
DEFINISI
Gagal
ginjal akut ( GGA ) adalah suatu keadaan fisiologik dan klinik yang ditandai
dengan pengurangan tiba-tiba glomerular filtration rate (GFR) dan perubahan
kemampuan fungsional ginjal untuk mempertahankan eksresi air yang cukup untuk
keseimbangan dalam tubuh. Atau sindroma klinis akibat kerusakan metabolik atau
patologik pada ginjal yang ditandai dengan penurunan fungsi yang nyata dan
cepat serta terjadinya azotemia. (Davidson 1984).
Gagal ginjal akut adalah
penurunan laju filtrasi glomerulus secara tiba-tiba, sering kali dengan
oliguri, peningkatan kadar urea dan kreatinin darah, serta asidosis metabolic
dan hiperkalemia. ( D. Thomson 1992 : 91 )
B. Anatomi.
Ginjal
berukuran panjang 11-12 cm, lebar 5-7 cm, tebal 2,3-3 cm, kira-kira sebesar
kepalan tangan manusia dewasa. Ginjal terbentuk oleh unit yang disebut nephron
yang berjumlah 1-1,2 juta buah pada tiap ginjal. Unit nephron dimulai dari
pembuluh darah halus / kapiler, bersifat sebagai saringan disebut Glomerulus,
darah melewati glomerulus/ kapiler tersebut dan disaring sehingga terbentuk
filtrat (urin yang masih encer) yang berjumlah kira-kira 170 liter per hari,
kemudian dialirkan melalui pipa/saluran yang disebut Tubulus. Urin ini
dialirkan keluar ke saluran Ureter,kandung kencing, kemudian ke luar melalui
Uretra.
C. Fisiologi
Ginjal adalah organ yang
mempunyai pembuluh darah yang sangat banyak (sangat vaskuler) tugasnya memang
pada dasarnya adalah ”menyaring/membersihkan” darah. Aliran darah ke ginjal
adalah 1,2 liter/menit atau 1.700 liter/hari, darah tersebut disaring menjadi
cairan filtrat sebanyak 120 ml/menit (170 liter/hari) ke Tubulus. Cairan
filtrat ini diproses dalam Tubulus sehingga akhirnya keluar dari ke-2 ginjal
menjadi urin sebanyak 1-2 liter/hari.
Fungsi :
1. Bertugas sebagai sistem filter/saringan,
membuang ”sampah”.
2. Menjaga keseimbangan cairan tubuh.
3. Produksi hormon yang mengontrol tekanan
darah.
4. Produksi Hormon Erythropoietin yang
membantu pembuatan sel darah merah.
5. Mengaktifkan vitamin D untuk memelihara
kesehatan tulang.
D. ETIOLOGI
ETIOLOGI
Penyebab GGA ( acute renal failure, ARF ) umumnya dipertimbangkan dalam tiga kategori diagnostic : Azotemia Prarenal ( penurunan perfusi ginjal ), Azotemia Pascarenal ( obstruksi saluran kemih ), GGA Intrinstik.
Penyebab GGA ( acute renal failure, ARF ) umumnya dipertimbangkan dalam tiga kategori diagnostic : Azotemia Prarenal ( penurunan perfusi ginjal ), Azotemia Pascarenal ( obstruksi saluran kemih ), GGA Intrinstik.
- Azotemia prarenal merupakan satu-satunya penyebab tersering azotemia akut ( > 50% kasus).Petunjuk lazim penyebab prarenal ARF adalah iskemia ginjal yang lama akibat penurunan perfusi ginjal.Hipoperfusi ginjal berkaitan dengan berbagai keadaan yang menyebabkan deplesi volume intravaskuler, menurunnya volume sirkulasi arteri yang efektif, atau terkadang obstruksi vaskuler ginjal.Beberapa keadaan prarenal yang paling sering sering dengan peningkatan resiko ARF adalah pembedahan aorta abdominalis, operasi jantung terbuka ,syok kardigenik, luka baker berat, dan syok septic.Sebagian besar ini berkaitan dengan hipotensi sistemik dengan aktivasi kompensatorik system saraf simpatis dan system rennin – angiotensin – aldosteron.Angiotensin menyebabkan vasokonstriksi ginjal, kulit, dan jaringan vaskuler spalangnikus,dan oldosteron menyebabkan retensi garam dan air.Respon ini didesain untuk mempertahankan tekanan arteri rata-rata sistemik dan perfusi ke organ-organ yang penting.
- Azotemia pascarenal merupakan penyebab ARF yang jarang terjadi ( 5% ).Mengarah pada obstruksi aliran urine di setiap tempat pada saluran kemih.Pembesaran prostate ( akibat hipertrofi jinak atau kanker ) merupakan penyebab tersering obstruksi aliran kandung kemih.Penting disadari bahwa obstruksi aliran keluar urine dalam waktu lama akan menyebabkan hidronefrosis, kerusakan berat parenkim ginjal, dan ARF.
- GGA intrinstik
- Nekrosis tubular akut ( ATN ) merupakan lesi ginjal yang paling sering menyebabkan ARF ( 75% ).ATN terjadi akibat iskemia yang lama.
- Penyebab nefrotoksik adalah nefrotoksik endogen dan nefrotoksik eksogen.Nefrotoksik eksogen dikelompokkan menjadi 4 kelompok utama: antibiotic, bahan kontras, logam derat, dan pelarut.
a.1. Terapi antibiotika minoglikosida dipersulit oleh ARF pada sekitar 10% perjalanan klinisnya ( misal,
gentamisin, kanamisin, tobramisin ).
a.2. Berbagai logam berat merupakan nefrotoksik yang kuat
menyebabkan terjadinya ARF dengan ATN.ATN akibat merkuri, arsen, kromium, atau
uranium biasanya disebabkan oleh pemajanan okupasional.
a.3. Siklosporin ( untuk mengobati penolakan trasplantasi ) dan
bahan kontras dapat berperan dalam menyebabkan ARF dengan menyebabkan
terjadinya vasokonstriksi intrarenal.
a.4. Cedera tubular nefrotik dapat terjadi akibat ingesti pelarut
seperti etilene glikol ( antibeku ) atau methanol ( alcohol kayu ).Inhalasi uap
dari karbon tetraklorida ( CCL4 ), yaitu bahan yang lazim digunakan dalam
pelarut penghilang noda atau pembersih lainnya, disertai oleh ingesti etil
alcohol ( CH3CH2OH ), sangat berbahaya karena reaksi kimia antara kedua senyawa
ini yang membentuk suatu nefrotoksik yang kuat.
Nefrotoksik endogen mencakup hemoglobin, mioglobin, dan protein Bence Jones ( immunoglobulin abnormal yang
dihasilkan dalam mieloma multiple ).Hemolisi eritrosit dengan lepasnya hemoglobin ke dalam serum
darah biasanya disebabkan oleh ketidakcocokan transfusi darah.Sejumlah besar
mioglobin terkandung didalam otot dan dapat dilepaska setelah cedera remuk
berat.Bila hemoglobin, mioglobin, atau protein
Bence Jones diekskresikan dalam urine,terjadi efek toksik lansung pada
tubular ginjal dan menyebabkan ARF.
- Kerusakan tubulus yang disebabkan oleh iskemia juga samgat berfariasi.
Hal ini bergantung pada luas dan durasi penurunan aliran darah ginjal dan
iskemia.Kerusakan dapat berupa destruksi berbercak atau luas pada epitel
tubulus dan membrane basalis, atau nekrosis korteks.Nekrosis dapat
menyebabkan ARF.
PATHWAY
Download DISINI
E.
MANIFESTASI KLINIK
-Haluaran urine sedikit, Mengandung darah,
- Peningkatan BUN dan kreatinin,
- Anemia: Penurunan kadar eritrosit dalam darah
- Hiperkalemia: peningkatan kadar kalium dalam darah
- Asidosis metabolic,
- Udema,
- Anoreksia,nause,vomitus,
- Turgor kulit jelek,gatal-gatal pada kulit.
- Peningkatan BUN dan kreatinin,
- Anemia: Penurunan kadar eritrosit dalam darah
- Hiperkalemia: peningkatan kadar kalium dalam darah
- Asidosis metabolic,
- Udema,
- Anoreksia,nause,vomitus,
- Turgor kulit jelek,gatal-gatal pada kulit.
F. PATOFISIOLOGI
Beberapa
kondisi berikut yang menyebabkan pengurangan aliran darah renal dan gangguan
fungsi ginjal : hipovelemia, hipotensi, penurunan curah jantung dan gagal
jantung kongestif, obstruksi ginjal atau traktus urinarius bawah akibat tumor,
bekuan darah atau ginjal, obstruksi vena atau arteri bilateral ginjal. Jika kondisi
itu ditangani dan diperbaiki sebelum ginjal rusak secara permanen, peningkatan
BUN, oliguria dan tanda-tanda lain yang berhubungan dengan gagal ginjal akut
dapat ditangani.
Terdapat 4 tahapan klinik dari gagal ginjal
akut yaitu :
1. Stadium awal dengan awitan awal dan
diakhiri dengan terjadinya oliguria.
2. Stadium Oliguria. Volume
urine 75 % jaringan yang berfungsi telah rusak. Kadar BUN baru mulai meningkat
diatas batas normal. Peningkatan konsentrasi BUN ini berbeda-beda, tergantung
dari kadar dalam diit. Pada stadium ini kadar kreatinin serum mulai meningkat
melebihi kadar normal.
Azotemia biasanya ringan kecuali bila
penderita mengalami stress akibat infeksi, gagal jantung atau dehidrasi. Pada
stadium ini pula mengalami gelala nokturia (diakibatkan oleh kegagalan
pemekatan) mulai timbul. Gejala-gejala timbul sebagai respon terhadap stress
dan perubahan makanan dan minuman yang tiba-tiba. Penderita biasanya tidak
terlalu memperhatikan gejala ini.
Gejala pengeluaran kemih waktu malam hari yang menetap sampai sebanyak 700 ml atau penderita terbangun untuk berkemih beberapa kalipada waktu malam hari. Dalam keadaan normal perbandingan jumlah kemih siang hari dan malam hari adalah 3 : 1 atau 4 : 1. Sudah tentu nokturia kadang-kadang terjadi juga sebagai respon teehadap kege;isahan atau minum yang berlebihan.
Poliuria akibat gagal ginjal biasanya lebih besar pada penyakit yang terutamam menyerang tubulus, meskipun poliuria bersifat sedang dan jarang lebih dari 3 liter/hari. Biasanya ditemukan anemia pada gagal ginjal dengan faal ginjal diantara 5%-25 %. Faal ginjal jelas sangat menurun dan timbul gelala-gejala kekurangan farahm tekanan darah akan naik, terjadi kelebihan, aktifitas penderita mulai terganggu.
Gejala pengeluaran kemih waktu malam hari yang menetap sampai sebanyak 700 ml atau penderita terbangun untuk berkemih beberapa kalipada waktu malam hari. Dalam keadaan normal perbandingan jumlah kemih siang hari dan malam hari adalah 3 : 1 atau 4 : 1. Sudah tentu nokturia kadang-kadang terjadi juga sebagai respon teehadap kege;isahan atau minum yang berlebihan.
Poliuria akibat gagal ginjal biasanya lebih besar pada penyakit yang terutamam menyerang tubulus, meskipun poliuria bersifat sedang dan jarang lebih dari 3 liter/hari. Biasanya ditemukan anemia pada gagal ginjal dengan faal ginjal diantara 5%-25 %. Faal ginjal jelas sangat menurun dan timbul gelala-gejala kekurangan farahm tekanan darah akan naik, terjadi kelebihan, aktifitas penderita mulai terganggu.
3. Stadium III.
Semua gejala sudah jelas
dan penderita masuk dalam keadaan dimana tak dapat melakukan tugas sehari-hari
sebagaimana mestinya. Gejala-gejala yang timbul antara lain mual, muntah, nafsu
makan berkurang, kurang tidur, kejang-kejang dan akhirnya terjadi penurunan
kesadaran sampai koma. Stadium akhir timbul pada sekitar 90 % dari masa nefron
telah hancur. Nilai GFR nya 10 % dari keadaan normal dan kadar kreatinin
mungkin sebesar 5-10 ml/menit atau kurang. Pada keadaan ini kreatnin serum dan
kadar BUN akan meningkat dengan sangat mencolok sebagai penurunan. Pada stadium
akhir gagal ginjal, penderita merasakan gejala yang cukup parah karene ginjal
tidak sanggup lagi mempertahankan homeostatis cairan dan elektrolit dalam
tubuh. Penderita biasanya menjadi oliguri (pengeluaran kemih) kurang dari 500/hari
karena kegagalan glomerulus meskipun proses penyakit mula-mula menyerang
tubulus ginjal. Kompleks menyerang tubulus ginjal, kompleks perubahan biokimia
dan gejala-gejala yang dinamakan sindrom uremik memepengaruhi setip sisitem
dalam tubuh. Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita pasti akan meninggal
kecuali ia mendapat pengobatan dalam bentuk transplantasi ginjal atau dialisis.
G. TES DIAGNOSTIK
a. Urine : Volume, Warna,
Sedimen, Berat jenis, Kreatinin, Protein.
b. Darah : BUN/kreatinin, Hitung darah
lengkap, Sel darah merah, Natrium serum, Kalium, Magnesium fosfat, Protein,
Osmolaritas serum.
c. KUB Foto : Menunjukkan ukuran
ginjal/ureter/kandung kemih dan adanya obstruksi .
d. Pielografi retrograd : Menunjukkan
abnormalitas pelvis ginjal dan ureter.
e. Arteriogram ginjal : Mengkaji
sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstraskular, massa.
f. Sistouretrogram berkemih :
Menunjukkan ukuran kandung kemih,refluks ureter,retensi
g. Ultrasono ginjal : Menunjukkan
ukuran kandung kemih, dan adanya massa, kista, obstruksi pada saluran
perkemihan bagian atas.
h. Biopsi ginjal : Mungkin dilakukan
secara endoskopi untuk menetukan sel jaringan untuk diagnosis histologis
i. Endoskopi ginjal nefroskopi :
Dilakukan untuk menemukan pelvis ginjal ; keluar batu, hematuria dan
pengangkatan tumor selektif
j. EKG : Mungkin abnormal
menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa, aritmia, hipertrofi
ventrikel dan tanda-tanda perikarditis.
H. Penatalaksanaan
1. Dialisis
Dialisis dapat
dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal akut yang serius, seperti
hiperkalemia, perikarditis dan kejang. Perikarditis memperbaiki abnormalitas
biokimia ; menyebabkan caiarn, protein dan natrium dapat dikonsumsi secara
bebas ; menghilangkan kecendurungan perdarahan ; dan membantu penyembuhan luka.
2. Penanganan
hiperkalemia
Keseimbangan
cairan dan elektrolit merupakan masalah utama pada gagal ginjal akut ;
hiperkalemia merupakan kondisi yang paling mengancam jiwa pada gangguan ini.
Oleh karena itu pasien dipantau akan adanya hiperkalemia melalui serangkaian
pemeriksaan kadar elektrolit serum ( nilai kalium > 5.5 mEq/L ; SI : 5.5
mmol/L), perubahan EKG (tinggi puncak gelombang T rendah atau sangat tinggi),
dan perubahan status klinis. Pningkatan kadar kalium dapat dikurangi dengan
pemberian ion pengganti resin (Natrium polistriren sulfonat [kayexalatel]),
secara oral atau melalui retensi enema.
3. Mempertahankan
keseimbangan cairan
Penatalaksanaan
keseimbanagan cairan didasarkan pada berat badan harian, pengukuran tekanan vena
sentral, konsentrasi urin dan serum, cairan yang hilang, tekanan darah dan
status klinis pasien. Masukkan dan haluaran oral dan parentral dari urine,
drainase lambung, feses, drainase luka dan perspirasi dihitung dan digunakan
sebagai dasar untuk terapi penggantia cairan.
BAB III ASKEP
I. PENGKAJIAN
1. Data Dasar pengkajian Pasien
a. Aktivitas /Istirahat : Apakah ada
gejala keletihan,kelemahan
b. Sirkulasi : Apakah ada hipotensi
edema jaringan umum, pucat
c. Eliminasi : Perubahan pola
berkemih, disuria , retensi abdomen kembung
d. Makanan/cairan : Peningkatan berat
badan (Oedem), penurunan berat badan, mual ,muntah, anoreksia. Nyeri ulu hati
e. Neurosensori : Sakit kepala, kram
otot/kejang
f. Pernapasan : Dispnea,
takipnea, peningkatan frekuensi dan kedalaman pernapasan, bau ammonia, batuk
produktif.
g. Keamanan : demam, petekie,pruritus,
kulit kering
J. Diagnosa keperawatan
Diagnosa Keperawatan pasien dengan
gagal ginjal akut (ARF)
1.
Peningkatan volume cairan tubuh bd penurunan fungsi ginjal
Intervensi :
a. Kaji keadaan udema
Rasional :
Edema menunjukan perpindahan cairan krena
peningkatan permebilitas sehingga mudah ditensi oleh akumulasi cxairan walaupun
minimal, sehingga berat badan dapat meningkat 4,5 kg
b. Kontrol intake danout put per
24 jam.
Rasional :
Untuk mengetahui fungsi ginjal, kebutuhan
penggantian cairan dan penurunan kelebihan resiko cairan.
c. Timbang berat badan tiap hari
Rasional :
Penimbangan berat badan setiap hari membantu
menentukan keseimbangan dan masukan cairan yang tepat.
A. Penimbangan
B. Lebih dari 0.5 kg/hari dapat
menunjukan perpindahan kesimbangan cairan
d. Beritahu keluarga agar klien
dapat membatasi minum
Rasional :
Manajemen cairan diukur untuk menggantikan
pengeluaran dari semua sember ditambah perkiraan yang tidak nampak. Pasien
dengan kelebihan cairan yang tidak responsif terhadap pembatasan caiaran dan
diuretic membutuhkan dialysis.
e. Penatalaksanaan pemberian
obat anti diuretik.
Rasional :
Obat anti diuretic dat melebarkan lumen
tubular dari debris, menurunkan hiperkalemia dan meningkatkan volume urine
adekuat. Misalnya : Furosemide.
f. Kolaborasi pemeriksaan
laboratorium fungsi ginjal.
Rasional :
Hasil dari pemeriksaan fungsi ginjal dapat
memberikan gambaran sejauh mana terjadi kegagalan ginjal.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b/d anoreksia, vomitus, nausea.
a. Observasi status klien dan
keefektifan diet.
Rasional :
Membantu dalam mengidentifikasi dan
kebutuhan diet, kondisi fisik umum, gejala uremik dan pembatasan diet
mempengaruhi asupan makanan.
b. Berikan dorongan hygiene oral
yang baik sebelum dan setelah makan.
Rasional :
Higiene oral yang tepat mencegah bau mulut
dan rasa tidak enak akibat mikroorganisme, membantu mencegah stomatitis.
c. Berikan makanan TKRGR
Rasional :
Lemak dan protein tidak digunakan sebagai
sumber protein utama, sehingga tidak terjadi penumpukan yang bersifat asam,
serta diet rendah garam memungkinkan retensi air kedalam intra vaskuler.
d. Berikan makanan dalam porsi
kecil tetapi sering.
Rasional :
Meminimalkan anoreksia, mual sehubungan
dengan status uremik.
e. Kolaborasi pemberian obat
anti emetic.
Rasional :
Antiemetik dapat menghilangkan mual dan
muntah dan dapat meningkatkan pemasukan oral.
3. Aktivity intolerans b/d kelemahan.
Intervensi:
a. Kaji kebutuhan pasien dalam
beraktifitas dan penuhi kebutuhan ADL
Rasional :
Memberi panduan dalam penentuan pemberian
bantuan dalam pemenuhan ADL.
b. Kaji tingkat kelelahan.
Rasional :
Menentukan derajat dan efek ketidakmampun.
c. Identifikasi factor
stess/psikologis yang dapat memperberat.
Rasional :
Mempunyai efek akumulasi (sepanjang factor
psykologis) yang dapat diturunkan bila ada masalah dan takut untuk diketahui.
d. Ciptakan lingkungan tengan
dan periode istirahat tanpa gangguan.
Rasional :
Menghemat energi untuk aktifitas perawatan
diri yang diperlukan.
e. Bantu aktifitas perawatan
diri yang diperlukan.
Rasional :
Memungkinkan berlanjutnya aktifitas yang
dibutuhkan memberika rasa aman bagi klien.
f. Kolaborasi pemeriksaan
laboratorium darah.
Rasional :
Ketidak seimbangan Ca, Mg, K, dan Na, dapat
menggangu fungsi neuromuscular yang memerlukan peningkatan penggunaan energi Ht
dan Hb yang menurun adalah menunjukan salah satu indikasi teerjadinya gangguan
eritopoetin.
4. Kecemasan B/D ketidak tahuan
proses penyakit.
Intervensi :
a. Kaji tingkat kecenmasan klien.
Rasional :
Menentukan derajat efek dan kecemasan.
b. Berikan penjelasan yang
akurat tentang penyakit.
Rasional :
Klien dapat belajar tentang penyakitnya
serta penanganannya, dalam rangka memahami dan menerima diagnosis serta
konsekuensi mediknya.
c. Bantu klien untuk
mengidentifikasi cara memahami berbagai perubahan akibat penyakitnya.
Rasional :
Klien dapat memahami bahwa kehidupannya
tidak harus mengalami perubahan berarti akibat penyakit yang diderita.
d. Biarkan klien dan keluarga
mengekspresikan perasaan mereka.
Rasional :
Mengurangi beban pikiran sehingga dapat
menurunkan rasa cemas dan dapat membina kbersamaan sehingga perawat lebih mudah
untuk melaksanakan intervensi berikutnya.
e. Memanfaatkan waktu kunjangan
yang fleksibel, yang memungkinkan kehadiran kelurga.
Rasional : Mengurangi tingkat kecemasan
dengan menghadirkandukungan keluarga.
DAFTAR
PUSTAKA
1.Price,Sylvia and Wilson,lorainne.2005. Patofisiologi. Jakarta: EGC
2.
Lynda Juall carpernito, Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan,
Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2, EGC, Jakarta, 1999.
3.Dounges,marylln
E.1999.rencana asuhan keperawatan.jakarta: EGC

Tags:
Asuhan Keperawatan
Leave a comment